Pak beli kentang sekilo berapa duit pak?
Delapan ribu bu, perlu berapa kilo bu?
Dua kilo lima
belas ribu ya pak.
Ya udah, penglaris gak papa deh.
Kemudian si bapak penjual kentang pun menimbang. Sebuah besi
di tarok disisi datar, kentangpun dimasukkan ke dalam wadah besi di satu
sisinya. Setelah seimbang, kemudian si bapak memasukkan kentang ke dalam
kantong plastik dan diberikan ke pada si ibu pembeli. Transaksi selesai.
Hal biasa, amat sangat biasa terjadi di pasar.
Bagaimana seandainya ketika wadah tempat kentang tsbt belum
seimbang? Masih lebih tinggi daripada sisi tempat diletakkan sebongka besi pada
timbangan? Apa yang terjadi kira kira? Pembeli akan protes, apalagi kalau yang
membeli seorang ibu ibu kali ya, maaf, just kiding. Begitu juga sebaliknya,
jika telah seimbang timbangan tsbt, pembeli terus terusan memasukkan kentang ke
wadah, apa yang terjadi kira kira? Penjual mungkin akan melotot kepada pembeli,
mungkin.
Seimbang, baru tercipta senyuman antara pembeli dan penjual.
Keseimbangan.
Jika kita coba perhatikan, akan terlihat suatu keanehan.
Alat untuk menimbang lebih kecil atau lebih sedikit dibanding yang ditimbang
tsbt, disini besi yang digunakan untuk menimbang dan kentang yang ditimbang.
Aneh bukan? Pembeli lebih beruntung dari penjual, selalu demikian. Tapi kenapa
malah tambah banyak orang berjualan? Hal yang amat aneh, dunia yang aneh. Bukankah
demikian?
Keseimbangan.
Jika tidak seimbang, tidak terjadi keseimbangan, berat
sebelah, pasti akan mengakibatkan keributan, kekacauan, bencana, peperangan,
kerusakan.
Keseimbangan alam terganggu, hutan ditebangi, longsorpun
terjadi.Dan begitu banyak keseimbangan alam yang jika dilanggar, akan
mengakibatkan kerusakan pada alam tsbt.
Sebuah hukum, aturan yang tidak boleh dilanggar. Jika
terjadi pelanggaran, Prittt, kartu merah pun di berikan wasit, keluar dari
lapangan.
Seimbang, keseimbangan.
Adil, keadilan.
Neraca, sebuah ukurannya, alat untuk keseimbangan, keadilan
tsbt.
Neraca Keadilan.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu sesungguhnya
RasulullahShalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Allah Yang Maha Mulia dan
Maha Besar berfirman : "Belanjakanlah maka Aku memberi belanja
kepadamu". Beliau bersabda : "Tangan Allah itu penuh, tidak terkurangi
oleh nafkah, terus memberi siang dan malam". Beliau bersabda :
"Tahukah kaliari sesuatu yang sudah di nafkahkanNya sejak Dia menciptakan
langit dan bumi, sesungguhnya apa yang di tanganNya tidaklah berkurang, pada
waktu itu singgasanaNya di atas air dan ditanganNya memegang timbangan
(mizan)". (Hadits ditakhrij oleh Bukhari).
Kentang pada wadah timbangan lebih banyak, lebih besar dari
besi yang digunakan untuk menimbang, kenapa kita rela melakukan hal tsbt?
Padahal kita menyaksikan dengan mata kepala kita sebuah ketidak adilan terjadi.
Why?
Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya
gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran.
Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi
keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang
kamu sekali-kali bukan pemberi rezeki kepadanya.
Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah
khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang
tertentu.
(Qs, 15:19-21)
Seorang tukang bajaj, diberi hadiah sebuah bajaj baru,
samakah yang dirasakan oleh seorang konglomerat jika diberi hadiah yang sama?
Secara pandangan kita adalah adil, sama sama sebuah bajaj. Adil, seimbang,
tetapi tidak dirasakan sama, sebagiamana dirasakan penjual kentang dan pembeli kentang di
pasar seperti awal tulisan ini. It that
right?
Al Quran sebuah pedoman, sebuah hukum, aturan Tuhan yang
teramat sempurna.
Dunia yang terjadi, dunia kita, semua karena Al Quran tidak
lagi menjadi pedoman sesungguhnya, semua berjalan pada pemikiran masing masing
tentang apa yang di yakini, keyakinan.
Kemiskinan, pencurian, perampokan, peperangan, semua terjadi
karena ketidak seimbangan pada alam. Dua sisi yang tidak seimbang. Semua
melihat, terfokus pada dunia. Dunia memperdayakan.
Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan
dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu
ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha
Mengetahui. (2:268)
Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan
(hartamu) pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada yang kikir, dan siapa yang
kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah
yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang berkehendak (kepada-Nya); dan
jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain;
dan mereka tidak akan seperti kamu ini. (47:38)
Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan
(bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar. Maka bertakwalah kamu kepada
Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah
yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya,
maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. Jika kamu meminjamkan kepada
Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipat gandakan balasannya kepadamu
dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pembalas Jasa lagi Maha Penyantun.
(64:15-17)
Kikir, Kekikiran sumber kebinasaan ummat ummat sebelum kita.
Dari Jâbir bin ‘Abdillah bahwasanya Rasulullah Shallallâhu
'alaihi wasallam bersabda: “berhati-hatilah terhadap kezhaliman, sebab
kezhaliman adalah kegelapan (yang berlipat) di hari Kiamat. Dan
jauhilah kebakhilan/kekikiran karena kekikiran itu telah
mencelakakan umat sebelum kamu” (HR Muslim)
Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka
mereka itulah orang-orang yang beruntung. (64:16)
Beruntung, siapa yang tidak ingin beruntung?
Jawaban ada pada diri kita sendiri.
So, apa yang mesti kita lakukan?
Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia
menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana
saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari
kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (2:148)
Mudah mudahan kita semua terpelihara dari kekikiran, mudah
mudahan.
0 komentar:
Posting Komentar